Pada tanggal 27 Oktober 2010 kira2 pukul 17.00, gunung merapi meletus dan memakan puluhan korban. Salah satu diantara korban tersebut adalah juru kunci merapi yaitu mbah marijan. Gunung yang paling aktif didunia tersebut sedah berulang kali meletus, namun kali ini lain cerita.
kabar mbah marijan tewas telah simpang siur, ada yang menyebutkan mbah marijan ditemukan lemas disekitar rumahnya. Ada juga yang menyebutkan ditemukan selamat dilereng gunung merapi. Namun info terakhir ditemukan satu jenasah berada diKamar mbah marijan, dan berada dalam keadaan sujud. Namun setelah simapang siurnya kabar tersebut, kabar terakhir tersebut ternyata benar, jenasah tersebut adalah mbah marijan. source
Mbah marijan dikenal sebagai sosok yang bersahaja dan sangat rendah hati, dan taat beribadah. namun sehari sebelum merapi meletus, mbah marijan menampakkan sesuatu yang berbeda. Tidak seperti biasanya yang selalu menerima kedatangan wartawan dan bersedia di wawancarai, pada hari tersebut mbah marijan tampak melihat gunung merapi seolah-olah sedang berdialog. Dan mbah marijan pun tidak menggubris pertanyaan wartawan. Bahkan mbah marijan tidak mau diambil gambar mukanya ketika para wartawan mengambil gambar.
Ada apa dengan mbah marijan waktu itu? apakah beliau sudah terasa merapi akan meletus dan memakan banyak koban? Wallahu ‘Alam. yang jelas esok harinya mbah marijan ditemukan meninggal dalam keadaan sujud didalam rumahnya. source
Adapun apa penyebab mbah maridjan tidak ingin di ungsikan ? itu karena :
Keyakinannya tentang ancaman bahaya letusan Gunung Merapi yang hampir tidak pernah merambah Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, memberikan pelajaran niteni bahwa lingkungan alam di sisi selatan Gunung Merapi masih merupakan benteng pertahanan bagi warganya.
Dalam kosmologi keraton Yogyakarta, dunia ini terdiri atas lima bagian. Bagian tengah yang dihuni manusia dengan keraton Yogyakarta sebagai pusatnya. Keempat bagian lain dihuni oleh makhluk halus. Raja bagian utara bermukim di Gunung Merapi, bagian timur di Gunung Semeru, bagian selatan di Laut Selatan, dan bagian barat di Sendang Ndlephi di Gunung Menoreh.
Namun, jauh dari ungkapan-ungkapan itu, ada suatu keyakinan yang hidup di dalam masyarakat di sekitar Gunung Merapi bahwa gunung dengan segala macam isinya dan makhluk hidup yang mendiami wilayah ini menjadi suatu komunitas. Karena itu, ada hubungan saling menjaga dan saling melindungi.
Ketika salah satu anggota mengalami atau melakukan sesuatu, dia akan memberi “isyarat” kepada yang lain dan dia akan memberitahukan kepada yang lain. Demikian pula ketika Merapi “batuk-batuk”, dia juga memberi isyarat kepada yang lain, termasuk kepada Mbah Maridjan.
Barangkali karena saat itu belum menerima isyarat, Mbah Maridjan berpendapat bahwa Merapi tidak akan melakukan sesuatu. Selanjutnya, Mbah Maridjan tidak mau diajak mengungsi (meninggalkan Gunung Merapi). source